“BAGAIMANA PENGUSAHA YAHUDI MENGENDALIKAN AMERIKA, NEGARA-NEGARA MUSLIM & DUNIA DENGAN KEKUATAN EKONOMI”.
Sebagai manusia biasa,
seorang pebisnis pun memiliki motifasi tertentu yang membuat dia terjun ke
dalam dunia bisnis. Ini berlaku untuk semua pebisnis, baik dia pebisnis Melayu,
China, Eropa, maupun Amerika. Apakah dia beragama Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, Buddha, ataupun Yahudi. Semua pebisnis dari berbagai etnis, bangsa, dan
agama pasti memiliki sebuah motivasi dalam berbisnis, walaupun motivasi yang
mereka memiliki berbeda-beda satu sama lain. Ada dua macam motivasi yang
dimiliki oleh seorang pebisnis, yaitu motivasi berupa materi dan motivasi
no-materi.
Motivasi berupa materi
misalnya uang, kekayaan, harta benda, rumah, mobil, perhiasan dan lain-lain.
Semua motivasi berbentuk materi yang bermacam-macam tersebut bisa dikatakan
berpusat pada uang. Karena, pertama kali yang dicari seorang pebisnis adalah
uang. Dengan uang ditangan, dia kemudian mendapatkan bentuk-bentuk materi
lainnya seperti rumah, mobil dan lain sebagainya. Motivasi ini berlaku untuk
semua pebisnis, termasuk pebisnis Yahudi.
Sementara motivasi berupa
non-materi misalnya kegemaran atau hobi, kebahagiaan karena mudah melakukan apa
saja, kebanggaan sebagai seorang pebisnis, dan kepentingan untuk memajukansuatu
keyakinan seperti agama, fanatisme rasa tau bangsa, dan lain-lain. Bagi para
pebisnis yang memiliki motivasi non-materi, keuntungan materi yang dihasilkan
dari kegiatan berbisnis hanya merupakan alat untuk mempermudah mencapai
motivasi tersebut.
Ada sedikit perbedaan antara
pebisnis bermotivasi materi dan pebisnis bermotivasi non-materi. Biasanya, para
pebisnis yang memiliki motivasi non-materi lebih kuat bertahan dalam dunia
bisnis dibandingkan para pebisnis bermotivasi materi. Pasalnya, ketika seorang
pebisnis bermotivasi materi (seperti uang) selalu mengalami kegagalan dalam
bisnisnya, dia mudah frustasi dan mungkin memilih untuk berhenti berbisnis.
Tetapi, seorang pebisnis yang memiliki motivasi non-materi misalnya hobi atau
fanatisme keyakinan, ketika dia mengalami kegagalan tanpa henti, dia akan
selalu berfikir positif dan mampu bertahan hingga mencapai kesuksesan.
Bayangkan jika ada seseorang
yang berbisnis karena kegemaran atau hobi. Meskipun hobinya begitu menyusahkan
dirinya, dia akan terus melakukan hobi tersebut. Atau misalnya seseorang terjun
kedalam dunia bisnis karena motivasi untuk memajukan keyakinan kelompoknya. Dia
berfikir bahwa kelompoknya memerlukan dana yang besar untuk terus eksis dan
berkembang, yang hanya bisa didapat dari kegiatan berbisnis. Maka, dengan penuh
semangat dan segala upaya bahkan dengan melakukan segala cara, dia berjuang
setengah mati supaya sukses dalam berbisnis dan dapat memberikan bantuan dan
kepada kelompoknya.
Lalu, bagaimana dengan
motivasi yang dimiliki oleh para pebisnis yahudi, khususnya para pebisnis yahudi,
khususnya para pebisnis yahudi yang memperoleh kesuksesan luar biasa? Apakah
mereka bermotivasi materi atau non-materi? Atau mungkin gabungan dari kedua
motivasi tersebut? Tentu hal ini tidak bisa disimpulkan secara general.
Diantara mereka ada yang bermotivasi materi murni, ada yang juga bermotivasi
non-materi murni, dan ada juga yang bermotivasi keduanya.
Tetapi, para pebisnis yahudi
yang bermotivasi murni materi atau non-materi sangat sedikit jumlahnya atau
minoritas. Sebagian besar para pebisnis yahudi, khususnya mereka yang sukses
dikanca bisnis Internasional, memiliki gabungan dari kedua motivasi diatas,
yaitu motivasi materi dan non-materi. Disatu sisi mereka berjuang sekuat tenaga
untuk mendapatkan uang, dan sisi lain mereka juga berjuang untuk menguatkan
fanatisme ras. Kedua motifasi tersebut saling melengkapi dan saling mendukung.
Motivasi seperti inilah yang mampu membentuk kekuatan mereka sehingga mereka
mampu mendirikan imperium bisnis dimana-mana.
Para pebisnis yahudi secara
bersama-sama berhimpun untuk menguasai perekonomian dan bisnis dunia. Mereka
saling member informasi dan membuka peluang bisnis bagi sesama saudara satu
ras. Saling memberi bantuan dana bagi siapa saja diantara mereka yang
membutuhkan modal untuk membangun dan mengembangkan sebuah usaha. Bahkan,
mereka berkonstribusi besar terhadap kegiatan politik dan social bagi etnis
mereka. Ini tidak bisa dilakukan jika mereka hanya memiliki motivasi berupa
materi dalam menjalankan bisnis. Kalau hanya bermodal motivasi itu, pasti mereka
akan mengambil semua peluang bisnis hanya untuk diri mereka masing-masing tanpa
memedulikan saudara satu ras mereka. Dan mereka tidak akan mau memberikan dan
untuk membantu pendirian Negara Israel.
Kelompok mayoritas dari
orang-orang Yahudi yang bermotivasi ganda ini kemudian dikenal dengan nama
zionis, dan pemahaman yang mereka miliki disebut zionisme. Kelompok zionis ini
memiliki banyak sumber daya manusia berkelas Internasional. Tidak hanya
pebisnis, tetapi juga para politikus, dokter, ahli ekonomi, penulis, jurnalis,
teknokrat, dan beragam profesi lainnya. Para tokoh berpaham Zionisme inilah
yang berusaha dengan segala cara untuk menggenggam dunia dan memainkannya
sesuka hati mereka.
Motivasi yang paling kuat
dipegang oleh kaum Zionis, termasuk para pebisnisnya, adalah motivasi yang
berdasarkan ras. Mereka menganggap bahwa ras mereka merupakan ras yang paling
tinggi diantara seluruh ras manusia yang ada. Motivasi perfondasi fanatisme
buta terhadap ras secara nyata terhadap dalam salah satu kitab pedoman hidup
mereka, yaitu kitab Talmut. Kitab ini merupakan kitab pedoman kedua setelah
Taurat, kitab suci mereka. Penghormatan mereka terhadap kitab Talmut buatan
tokoh dan sesepuh mereka= penghormatan mereka terhadap kitab Taurat yang
ternyata kini juga telah tercemari pikiran-pikiran para rabi (pendeta Yahudi).
Dikutip
dari buku yang berjudul;
RAHASIA
BISNIS YAHUDI/ Anton Arif Ramdan, S.Si.;
Penyunting,
Yudi,.-Cet. 2.- Jakarta: Zahra, 2009.
(BAB
2 Pusat Bisnis Yahudi | Motivasi Bisnis dan Zionisme Hal. 41)